"Di Dalam Hati Manusia Ada Kesedihan... Dan Kesedihan Itu Tidak Akan Hilang Kecuali Seronok Mengenal Allah..."
“Usah gelisah apabila dibenci manusia kerana masih banyak yang menyayangimu di dunia, tapi gelisahlah apabila dibenci Allah kerana tiada lagi yang mengasihmu di akhirat kelak…”

Friday, March 26, 2010

Antara Al-Qur'an Dan Kereta Sport - Artikel 12/2010 - Tarikh : 26 Mac 2010 / 10 Rabi'ul Akhir 1431 H

Seorang pemuda yang sedang berada di tahun akhir pengajiannya mengharapkan sebuah kereta sport daripada ayahnya. Lantas, si pemuda memberitahu hajatnyakepada ayahnya, seorang hartawan yang ternama. Si ayah hanya tersenyum. Si anak bertambah yakin, andai keputusan peperiksaannya begitu cemerlang, pasti kereta itu akan menjadi miliknya.

Beberapa bulan berlalu. Ternyata si anak, dengan berkat kesungguhannya, telah beroleh kejayaan yang cukup cemerlang. Hatinya berbunga keriangan. Suatu hari, si ayah memanggil si anak ke bilik bacaannya. Si ayah memuji anaknya. Sambil menyatakan betapa bangga hati seorang bapa sepertinya dengan kejayaan si anak yang cukup cemerlang. Si anak tersenyum puas. Di ruang matanya terbayang kilauan kereta sport merah yang selama ini menjadi idamannya itu. Si ayah yang bagaikan mengerti kehendak si anak, menghulurkan sebuah kotak yang berbungkus rapi dan cantik. Si anak terkesima. Sungguh... Bukan itu yang ku hajatkan.

Dengan hati yang berat, kotak itu bertukar tangan. Matanya terarah kepada riak wajah ayahnya yang tidak menunjukkan sebarang perubahan seolah-olah tidak dapat membaca tanda tanya yang bersarang di hatinya. Dalam pada itu, si anak masih membuka pembalut yang membungkus kotak itu. Penutup kotak dibuka. “Apa makna semua ini???” Sebuah Al-Qur’an kecil; comel dengan kulit tinta emas menghiasi tulisan khat di muka hadapan. Si anak memandang ayahnya. Terasa dirinya dipermainkan. Amarahnya membuak. Nafsu mudanya bergelojak. “Ayah sengaja mempermainkan saya. Ayah bukannya tidak tahu betapa saya menyukai kereta tu. Bukannya ayah tidak mampu untuk membelikannya. Sudah ayah... bukan Al-Qur’an ni yang saya nak...” katanya keras. Al-Qur’an itu dihempaskan ke atas meja bacaan. Si anak terus meninggalkan si ayah tanpa memberi walau sesaat untuk si ayah bersuara. Pakaiannya disumbatkan ke dalam beg. Lantas, dia meninggalkan banglo mewah ayahnya untuk memulakan kehidupan baru dengan sekeping ijazah yang dimilikinya.

Sepuluh tahun berlalu. Si anak kini merupakan seorang yang berharta. Punyai syarikat sendiri dengan isteri yang cantik dan anak-anak yang sihat. Cukup membahagiakan. Namun hatinya tersentuh. Sudah 10 tahun sejak peristiwa itu dia tidak pernah menjenguk ayahnya. Sedang dia berkira-kira sendiri, telefonnya berdering dari peguam ayahnya. Ayahnya meninggal dunia semalam dengan mewariskan semua hartanya kepada si anak. Si anak diminta pulang untuk menyelesaikan segala yang berkaitan perwarisan harta.

Buat pertama kalinya setelah dia bergelar bapa si anak pulang ke banglo ayahnya sambil memerhatikan banglo yang menyimpan 1001 nostalgia dalam hidupnya. Hatinya sebak. Bertambah sebak apabila mendapati di atas meja di bilik bacaannya Al-Qur’anyang di hempaskannya masih lagi setia berada di situ. Bagaikan setianya hati ayahnya mengharapkan kepulangannya selama ini. Perlahan2 langkahnya menuju ke situ mengambil Al-Qur’an itu lalu membelek2-nya dengan penuh keharuan...

Tiba-tiba, jatuh sesuatu dari Al-Qur’an itu segugus kunci. Di muka belakang Al-Qur’an itu terdapat sebuah sampul surat yang ternyata diselotepkan sahaja di situ. Kunci itu segera dipungut. Hatinya tertanya-tanya. Nyata sekali di dalam sampul surat itu terdapat resit pembelian kereta idamannya yang dibeli pada hari konvokesyennya dengan bayaran yang telah dilunaskan oleh si ayah. Sepucuk warkah tulisan tangan orang yang amat dikenalinya selama ini. “Hadiah teristimewa untuk putera kesayangan ku...” Air mata si anak menitis deras. Hatinya bagai ditusuk sembilu. Penyesalan mula bertandang. Namun semuanya sudah terlambat. Sekadar renungan bersama: berapa banyak kita melupakan nikmat Allah, hanya semata-mata kerana nikmat itu tidak "dibungkus", didatangkan atau diberi dalam keadaan yang kita hajati??



No comments:

Post a Comment

Doa Dhuha & Maksudnya

Qasidah Ya Hanana

" Betapa Beruntungnya Kami "

Telah muncul agama yang didukung,
Telah muncul agama yang didukung dengan munculnya sang Nabi Ahmad,
Betapa beruntungnya kami dengan Muhammad,
Itulah anugerah dari Allah.

Betapa beruntungnya kami,
Diistimewakan dengan as-Sab’ul Matsany (al-Fatihah),
Penghimpun rahsia setiap makna, tiada yang setanding dengannya,
dan Allah mewahyukannya kepadanya (Muhammad SAW),

Betapa beruntungnya kami,
Ketika di Makkah bulan tampak terbelah deminya (Muhammad SAW),
lalu kabilah Mudhar (kabilah Muhammad SAW) dibanggakan di atas seluruh manusia.

Betapa beruntungnya kami,
Beliau adalah manusia yang terbaik ciptaannya, dan teragung akhlaknya,
Menjadi sebutan barat dan di timur.
Segala puji bagi Allah,

Betapa beruntungnya kami,
Berselawatlah kepada sebaik-baik manusia, yang terpilih,
Sang bulan purnama,
Berselawatlah dan sampaikan salam kepadanya,
kelak ia akan memberi syafaat kita di hari kebangkitan.

Betapa beruntungnya kami.

Jom Hayati : "Doa Rabitah"

Sesungguhnya Engkau tahu
Bahwa hati ini tlah berpadu
Berhimpun dalam naungan cintaMu
Bertemu dalam ketaatan
Bersatu dalam perjuangan
Menegakkan syariat dalam kehidupan

Sesungguhnya Engkau tahu
Bahwa hati ini tlah berpadu
Berhimpun dalam naungan cintaMu
Bertemu dalam ketaatan
Bersatu dalam perjuangan
Menegakkan syariat dalam kehidupan

Kuatkanlah ikatannya
Tegakkanlah cintanya
Tunjukilah jalan-jalannya

Terangilah dengan cahyaMu
Yang tiada pernah padam
Ya Robbi bimbinglah kami…

Lapangkanlah dada kami
Dengan karunia iman
Dan indahnya tawakkal padaMu

Hidupkan dengan ma’rifatMu
Matikan dalam syahid di jalanMu
Engkaulah pelindung dan pembela

Lapangkanlah dada kami
Dengan karunia iman
Dan indahnya tawakkal padaMu
Hidupkan dengan ma’rifatMu
Matikan dalam syahid di jalanMu
Engkaulah pelindung dan pembela

Kuatkanlah ikatannya
Tegakkanlah cintanya
Tunjukilah jalan-jalannya
Terangilah dengan cahyaMu
Yang tiada pernah padam

Ya Robbi bimbinglah kami…
Ya Robbi bimbinglah kami…
Ya Robbi bimbinglah kami…