Ramadhan telah pun berlalu, diganti dengan kedatangan Syawal yang disambut meriah oleh Muslimin umumnya. Telah tamat sudah madrasah imaniyah, madrasah taubah dan madrasah jiddiyah yang Allah bekali untuk umat Islam rebut dalam rangka untuk mendapat rahmah, keampunan dan kejauhan dari neraka. Sejauh mana telah kita berusaha merebut peluang yang Allah berikan itu, yakni selama sebulan, dengan pelbagai ‘offer’ atau ganjaran yang tidak dapat ditandingi oleh sesiapa pun walau di bulan apa pun. Tepuk dada, tanya iman.
Namun hakikatnya, apa yang penting ialah, bagaimana sikap kita terhadap Ramadhan yang telah meninggalkan kita. Apakah konsekuensi Ramadhan itu kepada diri kita sendiri. Seharusnya seorang mukmin itu menggunakan sebaik-baiknya Ramadhan itu untuk membekali diri dengan energi yang dapat memberi momentum kepada jiwa untuk menghadapi bulan-bulan seterusnya. Antara energi yang paling seharusnya diperoleh oleh seorang mukmin adalah energi mujahadah.
Saudara ku sekalian,
Allah berfirman di dalam Al-Quran mengenai hal ini : “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, Maka sungguh. SYURGAlah tempat tinggalnya” (An-Naziaat: 40-41). Ternyata dalam rangka kita ingin menuju syurga Allah, Allah telah meletakkan dua syarat yang perlu kita praktikkan di dalam diri kita. Syarat yang pertama adalah takut kepada Allah, manakala yang kedua ialah menahan keinginan hawa nafsu kita.
Takut kepada Allah, merasakan kebersamaan Allah di mana jua kita berada, dalam kondisi apa pun adalah satu asas yang akan membawa kita kepada mujahadah. Allah berfirman di dalam Al-Quran : “Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hadid:4)
Apabila kita merasakan bahawa Allah bersama kita, kita akan sentiasa berhati-hati dalam beramal. Ditakuti amal-amal yang kita lakukan tidak diterima oleh Allah. Dan yang terpenting ialah, kita takut untuk melakukan maksiat kepada Nya. Allah menyatakan tentang orang yang takut kepada Allah di dalam surah Al Bayyinah : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah redha terhadap mereka dan mereka pun redha kepada Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (Al-Bayyinah:7-8) Di dalam ayat ini dinyatakan bahawa orang yang takut kepada Allah adalah orang yang beriman dan beramal soleh. Malah Allah mengangkat darjat mereka sebagai sebaik-baik makhluk. Maka rugilah kalau kita tidak merebut atau mencapai darjat yang Allah kurniakan ini.
Seterusnya, dalam rangka untuk menggapai pahala terbaik yakni syurga, kita perlu menahan diri dari keinginan hawa nafsu. Dalam hadith ke 41 Imam Nawawi menyatakan : “Tidak sempurna Iman seseorang dari kalian sehingga hawa nafsunya tunduk mengikuti apa yang telah aku bawa.” (hadith shahih) Tapi ternyata jihad yang paling besar ialah jihad melawan hawa nafsu. Begitulah yang tersebut di dalam surah Yusuf bahawa nafsu itu selalu mengarah kepada kejahatan, kecuali yang mendapat rahmat Allah.
“Dan aku tidak membebaskan diri ku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhan ku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Yusuf:53) Maka jika pada bulan Ramadhan kita mampu menahan hawa nafsu walau dari perkara yang halal, nescaya pasti juga kita akan mampu menahan nafsu dari perkara yang haram. Tibanya Syawal tidak bermakna kita terlepas dari belenggu menahan hawa nafsu, bahkan sebenarnya ianya merupakan cabaran untuk kita terus bermujahadah dalam meneruskan amal yang telah kita lakukan di sepanjang Ramadhan. Walaupun tidak 100% amalnya, tapi kurangnya tidaklah hingga melebihi 50% dari yang dilakukan sepanjang Ramadhan.
Moga dengan usaha kita ini, Allah memberi ganjaran syurga dan yang paling penting, keredaan Nya. “Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaan mu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (At-Taubah:105)
Namun hakikatnya, apa yang penting ialah, bagaimana sikap kita terhadap Ramadhan yang telah meninggalkan kita. Apakah konsekuensi Ramadhan itu kepada diri kita sendiri. Seharusnya seorang mukmin itu menggunakan sebaik-baiknya Ramadhan itu untuk membekali diri dengan energi yang dapat memberi momentum kepada jiwa untuk menghadapi bulan-bulan seterusnya. Antara energi yang paling seharusnya diperoleh oleh seorang mukmin adalah energi mujahadah.
Saudara ku sekalian,
Allah berfirman di dalam Al-Quran mengenai hal ini : “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, Maka sungguh. SYURGAlah tempat tinggalnya” (An-Naziaat: 40-41). Ternyata dalam rangka kita ingin menuju syurga Allah, Allah telah meletakkan dua syarat yang perlu kita praktikkan di dalam diri kita. Syarat yang pertama adalah takut kepada Allah, manakala yang kedua ialah menahan keinginan hawa nafsu kita.
Takut kepada Allah, merasakan kebersamaan Allah di mana jua kita berada, dalam kondisi apa pun adalah satu asas yang akan membawa kita kepada mujahadah. Allah berfirman di dalam Al-Quran : “Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hadid:4)
Apabila kita merasakan bahawa Allah bersama kita, kita akan sentiasa berhati-hati dalam beramal. Ditakuti amal-amal yang kita lakukan tidak diterima oleh Allah. Dan yang terpenting ialah, kita takut untuk melakukan maksiat kepada Nya. Allah menyatakan tentang orang yang takut kepada Allah di dalam surah Al Bayyinah : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah redha terhadap mereka dan mereka pun redha kepada Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (Al-Bayyinah:7-8) Di dalam ayat ini dinyatakan bahawa orang yang takut kepada Allah adalah orang yang beriman dan beramal soleh. Malah Allah mengangkat darjat mereka sebagai sebaik-baik makhluk. Maka rugilah kalau kita tidak merebut atau mencapai darjat yang Allah kurniakan ini.
Seterusnya, dalam rangka untuk menggapai pahala terbaik yakni syurga, kita perlu menahan diri dari keinginan hawa nafsu. Dalam hadith ke 41 Imam Nawawi menyatakan : “Tidak sempurna Iman seseorang dari kalian sehingga hawa nafsunya tunduk mengikuti apa yang telah aku bawa.” (hadith shahih) Tapi ternyata jihad yang paling besar ialah jihad melawan hawa nafsu. Begitulah yang tersebut di dalam surah Yusuf bahawa nafsu itu selalu mengarah kepada kejahatan, kecuali yang mendapat rahmat Allah.
“Dan aku tidak membebaskan diri ku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhan ku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Yusuf:53) Maka jika pada bulan Ramadhan kita mampu menahan hawa nafsu walau dari perkara yang halal, nescaya pasti juga kita akan mampu menahan nafsu dari perkara yang haram. Tibanya Syawal tidak bermakna kita terlepas dari belenggu menahan hawa nafsu, bahkan sebenarnya ianya merupakan cabaran untuk kita terus bermujahadah dalam meneruskan amal yang telah kita lakukan di sepanjang Ramadhan. Walaupun tidak 100% amalnya, tapi kurangnya tidaklah hingga melebihi 50% dari yang dilakukan sepanjang Ramadhan.
Moga dengan usaha kita ini, Allah memberi ganjaran syurga dan yang paling penting, keredaan Nya. “Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaan mu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (At-Taubah:105)
No comments:
Post a Comment